Selasa, 31 Mei 2011

Memaknai Kehidupan

Memaknai Kehidupan*

Oleh Shofwan Najmu


*Pernah Dimuat di Koran Harian Nasional Republika, Sabtu, 09 Agustus 2008, di Kolom HIKMAH 


Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang diberi umur panjang dan baik amalnya. Sebaliknya, sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi umur panjang namun jelek amalanya.” (HR Ahmad). Demikian pesan yang disampaikan Rasul untuk menjalani kehidupan yang fana ini.
Hidup merupakan ruang gerak bagi manusia. Jika manusia tidak bergerak, maka akan tampak seperti mayat. Begitu juga dengan kehidupan, jika tidak ada kehidupan, alam ini hanya dihiasi dengan kesunyian. Namun permasalahannya, bagaimana manusia menjalani hidup ini dengan baik, menjalani kehidupan yang penuh dengan onak dan cabaran, menghadapi gegap gempitanya kehidupan, sehingga berbuah manfaat di dunia dan akhirat.
Menurut Islam, hidup bagi manusia bukan suatu yang sia-sia. Hidup adalah titipan Ilahi untuk memberi kesempatan, lalu dapat di ketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya. Lantas, apa tujuan hidup kita yang sebenarnya?
Tujuan kita hidup di dunia adalah hidup untuk hidup. Maksudnya, hidup kita di dunia merupakan perbendaharaan untuk kehidupan kita di akhirat kelak. Jika kita hidup di dunia dengan menaruh benih kebaikan, maka di kehidupan selanjutnya (di akhirat) kita akan menuai kebaikan pula. Begitu pun sebaliknya, jika kita hidup di dunia dengan menaruh benih keburukan, maka hanya keburukan pula yang akan kita dapatkan di kehidupan selanjutnya. Manusia diberi kehidupan di dunia untuk dipertanggung-jawabkan setelah kematian.
Suatu ketika, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik mengajukan dua pertanyaan kepada Abu Hazm, “Mengapa kita begitu betah hidup di dunia yang penuh dengan cobaan dan ujian, padahal nafas dan perubahan fisik manusia dari masa ke masa pada hakikatnya adalah langkah-langkah ajal menuju liang kubur?” Abu Hazm menjawab, “Karena kita terlalu berminat membangun istana di dunia dan lupa membangun istana di akhirat.” Pertanyaan yang ke dua, “Tebaklah nasibku di akhirat?” Abu Hazm menjawab, “Bercerminlah pada Al-quran, renungkanlah perintah-perintah yang telah Baginda lakukan dan larangan-larangan yang telah Baginda hindari, di sana nasib Baginda akan terjawab.”
Ada kata bijak dari Ibnu Taimiyah, “Bila di hatimu tak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu.” Semoga kita dapat menjalani hidup ini dengan hati yang ‘terkawal’. Amin. Wallahu a’lam.





Jangan lupa komentarnya, ya!! ^_^ (Bagi yang tidak memiliki akun blogger atau sejenisnya, caranya: pilih profile Anda dengan memilih Anonymous di kolom "Beri Komentar Sebagai" di bawah. Setelah itu tuliskan komentar, lalu klik Poskan Komentar, kemudian ikuti perintahnya. Beres. Jangan lupa kasih keterangan nama yaaa .... ^_^ ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE DUNIA KATA SHOFWAN NAJMU ^_^
Photobucket

Anda Pengunjung Ke ....

Jejak Pengunjung

Page Rank

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net