Selasa, 31 Mei 2011

Anarkisme: Problema Utama Anak Bangsa

Anarkisme:
Problema Utama Anak Bangsa
Oleh Shofwan Najmu


“Ada satu yang hilang dari negeriku. Tak seperti dahulu saling bersatu. Ada yang telah berubah dari bangsaku. Hilangnya kasih sayang itu menyakitkanku.”

Begitulah opening lirik lagu berjudul Rindu Bersatu, yang dinyanyikan oleh beberapa musisi papan atas Indonesia. Lagu tersebut merupakan gambaran negeri tercinta Indonesia yang semula ‘hijau penuh keindahan’, tapi kini hanya dihiasi dengan ‘polusi-polusi’ yang merusak tatanan kehidupan. Berlebihan memang, tetapi itulah yang terjadi di dalam kenyataan.
Anarkisme. Sikap inilah yang menjadi problema utama anak bangsa, yang kini lebih mendominasi dan disukai penduduk Indonesia, bukan terhadap musuh negara, tetapi kepada sesama saudara, yang pada akhirnya berujung pada perpecahan.
Budaya anarkis yang kerap kali terjadi, memiliki dampak yang sangat luar biasa, yaitu merusak tatanan kehidupan bersama. Entah sejak kapan masyarakat Indonesia sangat sulit menggunakan otaknya dengan baik, mereka lebih memilih otot dalam menyampaikan aspirasi mereka, meski itu tidak semua. Aksi kekerasan seakan telah menjadi cara yang ideal dalam menyelesaikan suatu permasalahan, tanpa memikirkan akibat-akibat yang akan ditimbulkannya. Motifnya pun amat beragam. Ada apa sebenarnya dengan Indonesia? Kenapa masyarakatnya menjadi lebih beringas dan menyukai kekerasan?
Definisi anarkisme sendiri, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ialah suatu ajaran atau paham yang menentang setiap kekuasaan negara, atau teori politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang. Ini merupakan bentuk pemahaman bahwa setiap negara, pemerintahan dengan segala kekuasaan dan undang-undangnya adalah lembaga yang membatasi ruang gerak dan melakukan penindasan terhadap kehidupan, tidak adanya kebebasan di dalamnya. Oleh karena itu, negara dan pemerintahan serta seluruh perangkat pendukungnya harus ditiadakan. Tidak adanya aturan, kebebasan individu dan kebersamaan sosial merupakan tujuan utama mereka.
Peter Kropotkin mengatakan, “Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai diantara manusia, dan akan terus mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia.”
Namun, pada kenyataannya, orang-orang yang anarkistis (bersifat anarki) kerap kali menggunakan kekerasan di dalam pergerakan mereka. Cara yang demikian, (propaganda by the deed), mereka akui sebagai metode yang ampuh dan cepat dalam menyampaikan dan memperjuangkan ide-ide mereka. Mereka bergerak dengan aksi langsung (perbuatan yang nyata) dengan melegalkan segala cara, yaitu aksi kekerasan, penindasan, pengrusakan dan penyerangan. Beringas menjadi salah satu ciri mereka. Mereka akan terus berontak jika ada yang masih bersilang pendapat.
Di Indonesia, anarkisme sendiri telah meluas dan merasuki seluruh elemen masyarakat. Sikap anarkis tidak hanya mengkerucut terhadap problema politik, yang tidak sepakat terhadap kebijakan pemerintah semata. Akan tetapi, anarkisme telah meluas dan seakan telah menjadi budaya bangsa. Dengan garangnya api kebencian (sikap anarkis) merasuki seluruh elemen masyarakat seperti mafia yang hendak menunjukkan kekuatan dan keperkasaannya.
Aksi anarkis kerap kali terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Para pelaku dan motifnya pun berbeda-beda. Dan tak jarang, aksi anarkis sering kali digunakan hanya untuk masalah-masalah yang sepele. Misalnya, debat kusir di catatan Facebook yang terkadang berujung pada tindakan anarkis.
Pada akhirnya, hukum/aturan, norma, adat dan kesusilaan yang seharusnya menjadi tradisi bangsa pun tidak berlaku sama sekali. Yang berlaku hanyalah hukum anarkisme, kriminalisme, premanisme dan rimbaisme. Suatu hukum yang lebih mengedepankan otot semata daripada otak. Sehingga tidak aneh, jika aksi-aksi anarkis sering kali terlihat dan menghiasi wajah bangsa.
Kita lihat saja, seorang anak kecil berani membunuh orangtuanya, begitu juga sebaliknya. Dalam skala yang besar, seorang pelajar tawuran dengan pelajar yang lain, saling tikam dan bahkan berujung pada kematian.
Para supporter bola, yang tidak pernah lepas dengan aksi anarkis ketika mereka tidak menerima kekelahan tim kesayangannya. Tak hanya itu, para pemain bola Indonesia pun demikian. Pemain bola yang kurang memiliki kesabaran, maka tak aneh jika melihat para pemain bola Indonesia saling ribut dengan pemain lawannya atau dengan wasit. 
Para intelektual muda bangsa pun demikian. Aksi demonstrasi mahasiswa sering kali berujung pada tindakan yang anarkis, seperti bentrokan dengan aparat, pengrusakan fasilitas umum atau aset negara, pembakaran mobil pemerintah dan aparat negara, dan aksi-aksi anarkis lainnya.
Tak hanya itu, ‘polisi-polisi religi’ dengan propaganda by the deed-nya mereka memberantas kemungkaran. Dan tak jarang aksi mereka berujung pada aksi anarkis yang menimbulkan banyak korban. Aksi kekerasan ini yang dikenal sebagai kekerasan teologis, yaitu menggunakan dalih dan dalil agama untuk melegitimasi kepada penggunaan kekerasan dalam jihad melawan kelompok-kelompok lain. Padahal Allah telah berfirman di dalam surat an-Nahl ayat 125, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” Meski demikian, banyak pula pernyatan-pernyataan yang sifatnya membela diri, bahwa agama secara esensial mengajarkan perdamaian dan menentang kekerasan. Akan tetapi, manusianya saja yang kemudian menyalahgunakan agama untuk kepentingan pribadi/kelompok sehingga menyulut aksi kekerasan. 
Dan masih banyak lagi tindakan-tindakan anarkisme yang sering kali menghiasi wajah Indonesia. Sehingga yang terjadi adalah wujud nyata mereka yaitu seorang pelajar, mahasiswa bahkan kalangan agamawan namun substansinya adalah preman.
Banyak faktor yang melatarbelakangi itu semua, diantaranya:
Pertama, faktor internal. Sulitnya melakukan adaptasi dengan situasi lingkungan yang kompleks, sehingga sangat sulit untuk mengontrol dirinya dengan baik.
Kedua, faktor keluarga. Tidak adanya hubungan yang harmonis di dalam keluarga, bisa memicu seorang anak untuk melakukan tindakan yang anarkis. Ini berkaitan dengan faktor yang pertama, karena seorang anak sulit beradaptasi dengan situasi lingkungan yang kompleks.
Ketiga, faktor lingkungan. Lingkungan yang buruk, dapat membawa dampak yang buruk bagi kejiwaan seseorang.
Keempat, keinginan untuk dihargai dan dilihat eksistensinya. Seseorang yang dipandang sebelah mata, tidak diakui eksistensinya, maka akan mengalami gejolak jiwa yang berupa agresi untuk menunjukkan keberadaan mereka dalam suatu lingkungan. Dan kebanyakan, orang-orang yang seperti ini, lebih memilih anarkisme sebagai wujud pergolakan jiwa mereka.
Kelima, ketidakadilan. Tidak adanya keadilan dari pemerintah, kebijakan yang malah sering menyengsarakan rakyat, menjadi pemicu utama para mahasiswa geram dan ‘gemes’ terhadap pemerintah. Sehingga tidak ada jalan lain kecuali melakukan aksi demonstrasi yang sering berujung pada tindakan anarkisme.
Keenam, kurangnya pemahaman dan lemahnya pendidikan.
Masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bertindak anarkis. Dan faktor utama yang melatarbelakangi itu semua adalah lemahnya iman dan tidak adanya kesabaran di dalam diri seseorang. Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali kembali merefleksi diri, merenungi dan memulai perubahan dari diri sendiri. Berpikir lebih jernih, logis dan ke depan, menjadikan kesabaran sebagai alat dalam memecahkan suatu permasalahan. Karena walau bagaimanapun, tindakan yang anarkis tidak akan mungkin menyelesaikan suatu permasalahan. Waallahu a’alam.  





   Jangan lupa komentarnya, ya!! ^_^ (Bagi yang tidak memiliki akun blogger atau sejenisnya, caranya: pilih profile Anda dengan memilih Anonymous di kolom "Beri Komentar Sebagai" di bawah. Setelah itu tuliskan komentar, lalu klik Poskan Komentar, kemudian ikuti perintahnya. Beres. Jangan lupa kasih keterangan nama yaaa .... ^_^ ) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE DUNIA KATA SHOFWAN NAJMU ^_^
Photobucket

Anda Pengunjung Ke ....

Jejak Pengunjung

Page Rank

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net