Terkurung di Gedung Kedutaan

 Terkurung di Gedung Kedutaan

Shofwan Najmu

 Saat itu, aku dan temanku, Adin, hendak pergi ke Kedutaan Mesir untuk Indonesia—kami berdua merupakan peserta yang lulus tes guna melanjutkan study di al-Azhar, Mesir, melalui jalur DUBES. Kami hendak mengkonfirmasi ulang mengenai peserta yang lulus tes, karena namaku benar namun nama sekolahku salah.

Sesampainya di kedutaan, kami pun segera masuk. Kami menghampiri satpam penjaga pintu gerbang terlebih dahulu.

“Maaf, Pak, kami ingin konfirmasi mengenai peserta yang lulus tes?” pintaku ke satpam penjaga.

“Oh, silakan masuk ke dalam,” sahutnya.

“Terima kasih, Pak!” ucap kami berdua.

Dengan gaya sok tahu, kami pun bergegas masuk ke belakang gedung melewati pintu tinggi terbuat dari baja—tempat di mana kami dites. Sesampainya di sana, kami tidak mendapati siapa pun. Suasana sangat sunyi-sepi, pintunya pun di kunci, bahkan Syekh-Syekh yang biasa duduk-duduk sambil minum kopi tidak ditemui. Kami pun berinisiatif ‘tuk menanti sambil duduk-duduk merebahkan diri.

Selama dua jam kami menunggu, tapi tetap tidak ada siapa pun. Karena bosan, kami berkeinginan ‘tuk pulang. Namun naas, pintu tinggi yang terbuat dari baja itu tertutup rapat. Dengan hati yang kacau, kucoba buka pintu itu, namun benar pintu itu terkunci!

“Waduh, Din, pintunya di kunci, lagi! Gimana, dong!” ucapku panik.

“Iya, gimana, nih! Kita terkurung, dong?!”

 “Ya iya, lah!” sahutku.

Aku segera ke belakang mencari alat untuk memanjat. Dan aku tidak menemukan apapun selain kursi panjang terbuat dari bahan plastik. Aku ambil kursi itu, kemudian kucoba memanjat dengannya. Tapi… “Gubrakss!!” Bukannya aku berhasil memanjat, malah kursi yang kunaiki patah karena beban badanku yang sedikit berat, dan aku tersungkur jatuh ke atas tanah. Adin pun tertawa meledekku.

“Din, gimana, nih, ente malah ngeledekin ane! Ya udah, ente coba naik ke atas pundak ane. Kalau ane yang naik ke pundak ente, nanti takutnya badan ente yang kurus patah, lagi! Cepetan naik!” usulku.

Akhirnya Adin menaiki pundakku, lalu ia berusaha memanjat puncak pintu yang agak tinggi. Alhamdulillah, karena badan Adin yang lumayan tinggi, ia pun berhasil menggapai puncak pintu dan menaikinya.

“Din, coba cari satpam atau siapa, kek, minta pertolongan!”

Dari atas puncak pintu Adin pun mencari satpam atau orang yang melihatnya. Adin pun tampak seperti maling yang ingin mencuri. Tak lama kemudian, ada seorang petugas satpam yang tadi pertama kali kami bertemu.

“Pak, tolongin kami, dong!” pinta Adin dengan wajah memelas.

“Kamu lagi ngapain di atas?!” bentak satpam itu.

“Kami terkurung, Pak,” jelas Adin dengan mimik muka nggak karuan..

“Lagian siapa yang nyuruh masuk ke belakang! Kamu kalau mau konfirmasi tuh masuk ke pintu ini, bukan masuk ke pintu belakang!!” ucap Pak Satpam dengan nada kesal sambil menunjukkan ke arah pintu, tempat ruang kerja staf DUBES Mesir untuk Indonesia.

Kemudian satpam itu segera mencari petugas yang mengunci pintu. Sambil menunggu satpam membukakan pintu, Adin segera turun dari atas puncak pintu melalui pundakku. Beberapa menit kemudian, pintu itu berhasil kebuka. Tatakala pintu itu terbuka, di luar sana sudah banyak orang yang menertawakan kami karena geli.

“Kamu gimana, sih, masih di negara sendiri aja udah kesasar, apalagi di negara orang,” ucap Ibu Aisyah, sekretaris di Kedutaan Besar Mesir untuk Indonesia.

Kami pun hanya tersenyum simpul, menertawakan kejadian yang konyol ini; sebuah kejadian yang—suatu saat—akan menjadi rangkaian-rangkaian sejarah bagi kami di hari-hari yang akan datang.

Hehehe .... 

Jangan lupa komentarnya, ya!! ^_^ (Bagi yang tidak memiliki akun blogger atau sejenisnya, caranya: pilih profile Anda dengan memilih Anonymous di kolom "Beri Komentar Sebagai" di bawah. Setelah itu tuliskan komentar, lalu klik Poskan Komentar, kemudian ikuti perintahnya. Beres. Jangan lupa kasih keterangan nama yaaa .... ^_^ )