Minggu, 27 November 2011

Panduan Menulis Cerpen


Panduan Menulis Cerpen
Oleh Shofwan Najmu*


Pengantar

Jika Anda ingin menjadi penulis fiksi yang handal, maka cerpen adalah jalan awal yang harus Anda lalui. Cerpen? Apa itu cerpen? Cerpen merupakan salah satu bagian dari karya fiksi. Sementara fiksi adalah sebuah istilah sastra yang berupa tulisan-tulisan khayalan, tulisan-tulisan yang memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang memiliki arti dan keindahan tertentu. Cerpen ialah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen merupakan sebuah cerita yang memiliki ciri khas padat dan langsung pada tujuan, berbeda dengan karya-karya fiksi yang panjang seperti novel, misalnya.
Karya fiksi yang baik adalah suatu karya yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Sebab, fiksi dan sastra tidak dapat dipisahkan. Keduanya berjalin-berkelindan. Meski, sastra sendiri sifatnya fleksibel. Ia bisa masuk ke dalam tulisan-tulisan non-fiksi, seperti bentuk tulisan feature dalam jurnalisme sastra, dan lain-lain.
Sebuah karya fiksi/sastra yang baik harus memiliki kesepadanan antara bentuk dan isi yang saling berkelindan. Artinya, karya tersebut harus memiliki bentuk bahasa yang baik dan indah, memiliki arti tertentu, serta susunan isinya yang mampu membuat pembaca takjub dan kagum.
Jenis-jenis karya sastra banyak sekali, seperti:
1.  Novel
2.  Cerpen (Cerita Pendek)
3.  Syair
4.  Puisi
5.  Pantun
6.  Drama
7.  Dan lain-lain
Selain harus memiliki kesepadanan antara bentuk dan isi yang saling berkelindan, karya fiksi/sastra yang baik harus memiliki kesinambungan yang kuat. Maksudnya yaitu, dalam fiksi harus memiliki konsintensi yang kuat dari sisi karakteristik tokoh, plot, setting, sudut pandang, latar tempat, latar waktu, dan yang lainnya.
So, intinya adalah, cerpen merupakan salah satu bagian dari karya fiksi/sastra, yang memiliki ciri berupa cerita rekaan, khayalan dan berisi imajinasi yang kuat dari si penulisnya.  Meskipun demikian, dalam praktik penulisannya tidak boleh asal dan sembarangan. Karena cerpen memiliki syarat-syarat atau unsur-unsur yang membangun sebuah cerita agar terlihat baik dan indah. Seperti konsistensi yang kuat dari sisi penokohan, plot, setting, konflik, dan sebagainya. Semuanya itu adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan. Dan yang paling penting adalah, padat dan langsung pada tujuan.

Ciri Khas Cerpen

Seperti yang telah dijelaskan di awal, cerpen merupakan bentuk prosa naratif fiktif, yang memiliki jumlah kata minimal 7.000 karakter dan maksimal di bawah 20.000 karakter. Secara umum, cerpen memiliki ciri khas tulisan yang padat dan langsung pada tujuan, sehingga cerpen berkembang sebagai sebuah miniatur. Cerpen cenderung kurang kompleks dari sisi cerita, berbeda dengan karya-karya fiksi yang panjang seperti novel. Meski cerpen cenderung kurang kompleks, padat dan langsung pada tujuan, cerpen harus memiliki nilai-nilai atau arti tertentu bahkan lebih luas dari itu (multi-tafsir). Oleh karenanya, penulis cerpen dituntut untuk memiliki daya imajinasi yang tinggi.
Seorang pengarang harus memiliki perasaan yang peka untuk memotret kenyataan hidup di sekelilingnya—baik itu yang positif maupun yang negatif—ke dalam cerpen. Dari hasil potret kenyataan hidup di sekelilingnya itu, pengarang/penulis harus mampu membangun sebuah cerita dengan daya imajinasinya yang tinggi. Sehingga, kehidupan nyata yang ia pindahkan ke dalam sebuah cerpen menjadi sesuatu yang baru atau dunia yang baru. Dan dengan dunia barunya itu, penulis menawarkan kepada pembaca untuk dinikmati, untuk dijadikan sebuah perenungan yang bisa diambil hikmah atau pelajaran yang terkandung di dalam cerpen tersebut.
Akan tetapi, di dalam cerpen, tidak mesti harus mempertahankan unsur-unsur yang ada di dalam dunia nyata. Seperti: tokoh, setting, suasana, dan yang lainnya. Selain dituntut untuk memiliki daya imajinasi yang tinggi, pengarang juga dituntut untuk memiliki daya kretivitas yang tinggi. Jadi, boleh saja unsur-unsur yang ada di dalam dunia nyata dihilangkan, dan diganti dengan simbol-simbol di dalam cerpennya, yang mewakili gambaran potret kehidupan nyata di sekelilingnya.
Selain padat dan langsung pada tujuan, ciri khas lain cerpen ialah lebih memusatkan perhatian pada satu kejadian, satu alur (plot), latar tempat yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, dan waktu yang singkat. Ini jelas berbeda dengan novel yang harus memiliki unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis. Seperti: opening (terdiri dari prolog setting, situasi, keadaan dan latar belakang tokoh utamanya); peristiwa cerita yang memperkenalkan konflik dengan tokoh utamanya; cerita yang meningkat; klimaks (titik konflik tertinggi); penyelesaian, yaitu dimana konflik dipecahkah; dan terakhir ending, akhir dari sebuah cerita tokoh utamanya.

Unsur-unsur Intrinsik Dalam Cerpen

Ibarat sebuah bangunan, pondasi adalah syarat awal agar bangunan itu bisa berdiri kokoh menjulang. Begitu juga dengan cerpen, unsur-unsur intrinsik dalam cerpen adalah pondasi awal yang membangun sebuah cerita agar terlihat baik dan indah. Nurgiyantoro, dalam bukunya yang berjudul “Pengkajian Prosa Fiksi”, mengatakan, unsur-unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Oleh karena itu, unsur-unsur intrinsik merupakan hal-hal yang sangat perlu diperhatikan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur inilah yang membuat cerita lebih berkembang, menjadi sebuah pembangun cerpen yang paling utama.
Unsur-unsur intrinsik dalam cerpen terdiri atas tema cerita, alur cerita (plot), tokoh, latar (setting), sudut pandang, dan gaya bahasa.
1.  Tema Cerita  
Menentukan tema cerita adalah langkah awal dalam menulis sebuah karya fiksi, seperti cerpen dan novel. Tema merupakan gagasan dasar dan umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema dan isi teks memiliki keterkaitan yang kuat sebagai struktur semantis. Tema menjadi dasar pengembangan isi cerita.
Penentuan tema terhadap sebuah tulisan fiksi berangkat dari potret kehidupan. Dan hasil dari potret kehidupan tersebut, diangkat menjadi sebuah tema yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Oleh karena itu, tema memiliki generalisasi yang umum, lebih luas, dan sifatnya abstrak.
Cerita yang bagus adalah cerita yang mengikuti gari besar tema, mengalir dan tetap fokus pada inti cerita. Dan ini adalah kebutuhan cerpen. Seorang penulis harus pandai dan lihai menahan ketertarikannya untuk mengembangkan cerita. Karena, jika tulisan melebar, maka otomatis cerita akan kabur dari tema yang telah ditentukan. Jika demikian, ini akan menjadikan cerpen cacat dan rusak, tentunya tidak menarik. Kecuali, jika dari awal, tujuan penulis adalah menulis novel, bukan menulis cerpen. So, ketika Anda menulis cerpen, pastikan tetap sesuai dan fokus dengan tema. Tidak tergoda untuk memperlebar isi cerita meski Anda melihat peluang tersebut. Cerpen yang baik adalah cerpen yang indah tetapi padat dan langsung pada tujuan.     
2.  Alur Cerita (Plot)
Setelah menentukan tema, hal kedua yang harus ditentukan adalah alur cerita. Alur cerita ialah sebuah peristiwa yang memiliki keterkaitan berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Tujiyono, S. Pd. mengatakan, sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Sehingga, keterkaitan atau rangkaian berbagai peristiwa tersebut, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, akan membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi. Jadi, intinya, alur merupakan urutan atau jalinan suatu kejadian (peristiwa) yang melatari sebuah cerita, yang memiliki hubungan sebab-akibat. Dalam arti lain, yaitu peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Alur terdiri dari opening, pertengahan cerita, dan ending. Pastikan cerpen yang Anda tulis lengkap dan utuh.
Opening yang baik sangat menentukan kualitas cerpen itu sendiri. Sebuah cerpen, harus memiliki opening yang padat dan jelas, tidak mendayu-dayu dan kebanyakan deskripsi. Opening cerpen yang bagus, adalah opening yang bisa membuat si pembaca tersentak di awal dan penasaran. Seperti:
“Braaaakk!!!” Paijo mendaratkan tangannya dengan keras di atas meja.
“Sudah aku bilang, jangan sekali-kali kamu menyentuh benda itu!! Tetapi tetap saja kau tidak mengindahkannya!!” Amarah Paijo semakin memuncak. Sorot matanya tajam bagaikan serigala.
Opening di atas, akan membuat alis pembaca mengkerut karena tersentak dan bertanya-tanya, “Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba Paijo marah-marah dan memukulkan tangannya ke atas meja? Apa sebenarnya yang terjadi? Benda itu? Apa sebenarnya benda itu?” Dan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Opening di atas memiliki nilai plus tersendiri.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, cerpen harus lebih memusatkan perhatian pada satu kejadian, satu alur (plot), latar tempat yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, dan waktu yang singkat. Begitu juga dengan konflik, yaitu dengan satu konflik yang kuat dan memuncak di pertengahan.
3.  Tokoh
Kemudian, selanjutnya ialah menentukan tokoh. Dalam cerpen, buatlah tokoh dengan jumlah yang terbatas. Semakin banyak tokoh, malah akan membuat cerita menjadi kabur. Tokoh merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu cerita, yang dapat ditafsirkan oleh pembaca sebagai orang yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh di dalam cerita.
4.  Latar (Setting)
Latar merupakan penempatan waktu dan tempat di dalam sebuah cerita. Ketika Anda ingin menulis sebuah cerita fiksi, khususnya cerpen, maka tentukan latar yang jelas tapi singkat, tidak terlalu detail. Usahakan latar yang digunakan tunggal, tidak banyak latar. Karena itu akan membuat cerita menjadi kabur. Kecuali, jika Anda berminat untuk menulis novel, maka banyak latar adalah sesuatu yang sangat diharuskan.
Menurut Nurgiyantoro, unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:
a.    Latar Tempat. Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan di dalam cerita tersebut.
b.    Latar Waktu. Latar waktu berkatian dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan di dalam cerita.
c.    Latar Sosial. Adapun latar sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku sosial masyarakat sekitar yang diceritakan di dalam cerita tersebut.
Seorang penulis, tidak bisa membuat latar dengan sembarangan, karena latar harus jelas dan sesuai dengan kenyataan. Jika Anda menulis cerita tentang Monas, tentu tidak mungkin Anda membuat latarnya di daerah Bandung, karena Monas kenyataannya ada di Jakarta. Kecuali, jika dari awal, cerita yang Anda buat adalah cerita yang jauh dari kehidupan yang nyata, tapi memiliki nilai-nilai positif yang ingin Anda sampaikan dari cerita fiksi Anda. Seperti, Anda membuat cerita tentang fenomena alam yang semakin rusak. Anda membuat cerita pohon-pohon, air, batu, tanah, dan yang lainnya dapat berbicara; contoh, lihat cerpen Avokado dan Kananga Odorata. Jika demikian, Anda pun bebas membuat latar khayalannya.
5.  Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah cara, strategi, teknik atau siasat yang sengaja dipilih oleh seorang penulis dalam menyampaikan ide ceritanya.
Pembedaan sudut pandang dapat ditentukan dari bentuk persona tokoh cerita. Pembedaan sudut pandang dibagi menjadi dua:
a.    Sudut Pandang Persona Ketiga. Sudut pandang ini menempatkan penulis sebagi narator. Jadi, penulis yang menceritakan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita dengan menggunakan sudut pandang “Dia”.
b.    Sudut Pandang Persona Pertama. Sudut pandang ini memposisikan penulis sebagi tokoh yang terlibat di dalam suatu cerita. Jadi, penulis seakan-akan menceritakan kehidupannya sendiri dengan menggunakan sudut pandang “Aku”.
Anda bebas memilih sudut pandang yang Anda sukai untuk menyampaikan isi cerita yang Anda tulis untuk para pembaca.
6.  Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam sebuah cerpen atau novel, memiliki peran yang sangat penting. Suatu karya sastra yang baik, adalah yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Dan itu ditentukan dari keindahan gaya bahasa yang ditulis oleh pengarangnya sendiri. Intonasi, diksi yang baik, dan susunan kalimatnya yang indah, mempunyai nilai plus tersendiri bagi sebuah karya fiksi.

Tips-tips Menulis Cerpen

Ada banyak tips yang berhubungan dengan bagaimana cara membuat cerpen. Bisa jadi ada 1001 cara, bahkan lebih. Karena setiap orang memiliki caranya masing-masing. Tapi, bagi seorang pemula, ada baiknya ikuti tips-tips di bawah ini, tips-tips menulis cerpen:
1.    Niat dan Komitmen
Jika Anda ingin menjadi penulis, khususnya penulis fiksi, maka tips pertama yang harus Anda lakukan adalah tumbuhkan NIAT di dalam jiwa. Karena tidak mungkin Anda menjadi seorang penulis, atau tidak mungkin Anda bisa menulis cerpen jika niat menulis Anda lemah. Maka tancapkanlah niat yang kuat. Karena niat yang kuat, akan memudahkan seseorang dalam menulis. Banyak orang yang hanya memiliki niat di awal, akhirnya, ketika sudah sampai di pertengahan tulisannya, ia berhenti. Itu karena niatnya sudah mulai luntur. Jika demikian, Anda tidak akan bisa menulis sebuah cerpen.
Setelah Anda menancapkan niat di dalam jiwa, yang efeknya membuat gelora semangat menulis Anda semakin menggebu-gebu, maka hal berikutnya adalah KOMITMEN. Ya, niat saja tidak akan cukup jika Anda tidak memiliki komitmen yang kuat. Karena komitmen adalah sebuah perjanjian antara Anda dengan niat Anda. Janji, kalau Anda akan menjadi penulis cerpen yang baik dan handal.
2.    Perbanyak Membaca Buku-Buku Fiksi
Kemudian, tips berikutnya adalah, perbanyak membaca buku-buku fiksi. Setelah niat dan komitmen, maka hal berikutnya yang harus Anda lakukan adalah memperbanyak bacaan buku-buku fiksi. Kenapa? Karena kita tidak akan mungkin bisa mandi, kalau air tidak mengalir. Begitu juga halnya menulis, Anda tidak akan bisa menulis, kalau refrensi diksi Anda minim. Membaca ibarat air yang menjadi kebutuhan manusia dan bermanfaat bagi dirinya. Dengan membaca, maka perbendaharaan kata/diksi Anda akan semakin banyak. Jika perbendaharaan kata/diksi Anda banyak, maka itu akan memudahkan Anda dalam menulis.
Selain dapat memperbanyak perbendaharaan kata/diksi, dengan membaca kita bisa mengkaji gaya/tipe kepenulisan setiap penulis, yang nantinya akan membentuk gaya/ciri khas tulisan kita masing-masing. Jadi, jika Anda ingin menjadi penulis cerpen, maka perbanyaklah membaca karya-karya cerpen dari para penulis handal. Baca, hayati, kaji, dan terapkan di dalam tulisan Anda, maka Anda akan menjadi penulis yang luar biasa. Jika Anda telah melakukannya, maka nanti dengan sendirinya Anda akan menemukan ciri khas dari tulisan Anda. 
3.    Ide atau Gagasan Cerita
Nah, setelah Anda menancapkan niat di dalam hati, lalu komitmen terhadap apa yang Anda niatkan, serta sudah memperbanyak membaca, apa yang pertama kali harus Anda lakukan? Tentu Anda harus punya ide atau gagasan cerita untuk cerpen Anda.
Banyak ide yang bisa Anda gali. Anda bisa melakukan observasi dan pengamatan singkat. Anda bisa merekam kehidupan sehari-hari Anda, lalu Anda tuangkan rekaman ide Anda ke dalam sebuah cerita. Beres.
4.    Mengembangkan Ide Cerita
Jika Anda sudah menemukan ide atau gagasan cerita yang akan Anda tuangkan ke dalam tulisan, lalu berikutnya adalah mengembangkan ide atau gagasan cerita.
Dalam mengembangkan ide cerita, yang harus Anda perhatikan adalah unsur-unsur intrinsik dalam cerpen. Anda kembangkan dari sisi alur cerita. Buat alur yang menarik. Kemudian masukan tokoh-tokohnya. Buat konfliknya, dan lain-lain.
5.    Menulislah!
Setelah Anda kembangkan ide atau gagasan cerita Anda, maka selanjutnya adalah MENULIS! Ya, segera tuangkan ide cerita Anda ke dalam tulisan. JANGAN ANDA MENUNDANYA. So, MENULISLAH!
6.    Biarkan Mengalir Bagaikan Air
Ya, ketika Anda menulis, biarkan tulisan Anda mengalir bagaikan air. Jangan mengedit ketika tulisan Anda belum selesai. Selesaikan dulu tulisan Anda, lalu Anda edit. Jadi, buang jauh-jauh dulu pikiran untuk mengedit tulisan, pilihan kata/diksi, titik-koma, dan yang lainnya ketika Anda masih menulis.
7.    Editing
Setelah tulisan Anda sudah selesai, baru Anda bisa mengedit tulisan Anda agar menjadi tulisan yang baik dan benar.

Warning

Tips-tips di atas tidak akan berguna bagi Anda. Ya, sama sekali tidak akan berguna bagi Anda, jika Anda tidak berani untuk memulai.

Cara efektif untuk menjadi seorang penulis hanya satu, ya MENULIS! Menulislah, maka Anda akan menjadi seorang penulis. Lupakan teori terlebih dahulu. Teori urusan belakangan. Hanya satu yang harus Anda lakukan, MENULISLAH! :)



*Shofwan Najmu, lahir di Jakarta, 16 Oktober 1988. Kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir, Fakultas Ushuluddin, jurusan Hadits. Pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi, editor, layouter dan wartawan di beberapa media Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Beberapa tulisannya pernah dimuat di media nasional Indonesia—baik cetak maupun online—seperti Seputar Indonesia (Sindo), Republika, Annida Online, dll.



Baca juga cerpen-cerpen saya:





Jangan lupa komentarnya, ya!! ^_^ (Bagi yang tidak memiliki akun blogger atau sejenisnya, caranya: pilih profile Anda dengan memilih Anonymous di kolom "Beri Komentar Sebagai" di bawah. Setelah itu tuliskan komentar, lalu klik Poskan Komentar, kemudian ikuti perintahnya. Beres. Jangan lupa kasih keterangan nama yaaa .... ^_^ ) 
  

2 komentar:

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG KE DUNIA KATA SHOFWAN NAJMU ^_^
Photobucket

Anda Pengunjung Ke ....

Jejak Pengunjung

Page Rank

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net